Sabtu, 11 April 2009

Persembahan

Sumber: Preuss, Horst Dietrich. Old Testament Theology. The Old Testament library. Louisville, Ky: Westminster John Knox Press, 1995.


Menurut Amos 5:25 dan Yer. 7:22, orang-orang Israel dianggap sudah tidak sadar akan persembahan dalam periode mula-mula mereka. Benar, walau bagaimanapun, bahwa pernyataan ini jelas dirumuskan dalam polemik yang dilebih-lebihkan. Bahkan demikian, mereka mungkin sudah memelihara hal utama yang otentik dan dirayakan lantaran mereka pertama menerapkan suatu sistem korban yang luas di tanah Kanaan. Ini ditegaskan oleh fakta bahwa banyak istilah PL untuk persembahan juga didapati dalam agama Kanaan-Siria yang memperhadapkan kita dalam naskah-naskah Ugarit.
Dalam sejarah agama orang membedakan antara persembahan-persembahan persekutuan (dengan ide tentang solidaritas), persembahan-persembahan yang adalah pemberian, persembahan yang untuk dosa. Pengelompokan yang agak kasar ini juga menjadi sah untuk jenis-jenis persembahan yang disebutkan dalam PL dan dideskripsikan lebih tepat dalam im. 1-7 dan Bil. 28-29 (bdk. Kel. 29:10-37). Dalam naskah ini (juga im. 14:10-32; 17;22:17-30; dan 27), berbagai tipe persembahan disajikan dengan ritual mereka. Diantaranya, Im. 1 dan 3 sangat erat berkaitan. Tidak ada disebutkan tentang motivasi untuk masing-masing persembahan karena PL tidak ada menawarkan suatu rasionale untuk persembahan-persembahan atau teori umum tentang persembahan. Orang mungkin hanya menyimpulkan kadang-kadang kesempatan-kesempatan dan latar belakang dari kisah-kisah atau sekali-kali dari naskah-naskah kenabian.sementara persembahan berasal dari beberapa motif konkret seperti rasa syukur, persembahan ini terus menjadi suatu ritual yang teratur. Lebuh jauh, imam datang manggantikan yang awam, dan tempat penyembahan yang pusat datang menggantikan berbagai tempat suci.
Bagi bangsa israel , binatang korban adalah binatang ternak yang persembahannya mewakili sesuatu yang sesungguhnya harus “direlakan”. Ritual di Im. 1-5 membiarkan orang mengenali apa yang disebut dengan rumusan deklaratif, contoh: sebagai korban api-apian yang baunya menyenangkan bagi TUHAN.
(Im. 1:9), termasuk kepqada pelaksanaan ritus persembahan korban sehingga bisa dianggap sebagai “menyenangkan” dan “berkenan”(rsh/rason, hsb, hps). Sebelum ini, kemuliaan dia yang ingin mempersembahkan korban lebihdari yang mungkin dieksplorasi.
Tipe tertua korban mungkin adalah korban persekutuan (zbh; bdk. 12:3f.; dan 1 sam. 1-2) yang disebutkan beberapa 162 kali dalam PL. teks kuno yang menyebutkan korban ini mencakup Kel. 34:15; 1 Sam. 9:12; 20;6; dan mungkin juga Kel. 24:11. Kej 31:44-54 menunjukkan bahwa suatu persekutuan mekan adalah bagian dari upacara yang melibatkan pentahbisan berit (perjanjian) antara umat yang mungkin disebut “saudara-saudara” (ayat 54). Ritual [zbh] zavakh (korban persekutuan) dari periode kemudian digambarkan dalam Im. 3 dan 7:11-21. Cara di mana sebuah zavakh terjadi dalam periode kuno bisa ditentukan dari 1 Sam 1-2. Itu adalah penyembelihan korban juga makanan persekutuan , untuk hanya bagian-bagian tertentu hewan dibakar. Bagian lemak milik YHWH (1 Sam. 2: 13dst), sedangkan selebihnya dimakan oleh mereka yang ambil bagian dalam persekutuan perjamuan itu dan dibagi-bagikan kepada persekutuan mereka 91 Sam. 1:4, 21). Bahwa secara aslinya yang ilahi sendiri dianggap sebagai salah satu dari mereka yang ambil bagian dalam perjamuan itu dan mereka yang mempersembahkan korban berusaha mendapat bagian daripada kuasa kehidupan binatang yang dikorbankan untuk mereka sendiri tidak lagi dapat dikenali dalam teks-teks PL. Lebih jauh, seseorang ayng mempersembahkan korban dan YHWH berdiri di samping masing-masing dalam ritual zbh (zavakh), yang berarti bahwa tidak diperlukan imam. Walau demikian, ini semua juga adalah alasanbahwa jenis korban ini, yang khusus dipakai selama persembahan syukur dan pemenuhan janji, terus melemah dalam nilai kepentingannya. Ketika syelamim (persembahan perdamaian) ditambahkan kemudian, zavakh (persembahan persekutuan) terus menurun dan dinetralisirkan dan makin digantikan. Lebih jauh, beberapa naskah yang agak berbeda (seperti Im. 17; dan Yeh. 40-48 menunjukkan juga penggantian-penggantian ini dengan tambahan-tambahan imam, bagian imam, dan ritual darah.
Teks-teks P (walaupun demikian, bdk. Tambahan Kel. 24:5) menetralkan kata zavakh dengan membuatnya secara sederhana sebagai suatu istilah umum untuk persembahan dan dengan menempatkannya 50 kali dalam bentuk terikat dengan syelamim (persembahan perdamaian) yang sebagai suatu persyaratan khusus, yaitu, “damai” (bdk. Im. 3 dan 7:1dst: lalu mis. Bdk. Juga Im. 19:5 dan 23:19 dalam Hukum Kekudusan). Ini disukung oleh fakta bahwa syelamim hanya jarang dijumpai sendirian dalam naskah-naskah tua tapi muncul lebih sering digabung dengan istilah lain untuk persembahan. Lagipula arti aslinya syelamim tidak jeals dan banyak diperdebatkan. Ada yang berpikir tentang suatu persembahan penutupan, suatu persembahan persekutuan dan suatu persembahan perjanjian, tapi apakah persembahan ini sekali-kali adalah kelompok persembahan yang terpisah juga diperdebatkan.
Dalam istilah-istilah fenomenologi agama, korban persembahan (minkha: Kej. 4:3-5; 1 Sam. 2:17 dan 3:14) berdiri sangat dekat dengan korban persekutuan. Naskah PL tertentu masih menyarankan bahwa korban persembahan kepada Allah aslinya (dengan demikian juga dalam lingkungan budaya Israel) dianggap sebagai pemberian makan langsung keapda Allah. Bahwa YHWH perlu makan sebaiknya langsung disangkal (Hak. 13:16; dan Mzm. 50:12dst; bdk. Yes. 44: 16dst.) lebuh lanjut, korban persembahan juga suatu karunia pengudusan (bdk. Ul. 26:1dst), yang dapat dihubungkan dengan ucapan syukur dan pujian. Pengelompokan korban persembahan berdasarkan milik siapa korban persembahan itu juga meluas dan sampai mencakup persembahan penghapusan dosa.
Diantaranya pertama-tama ola, demikian disebut untuk korban bakaran. Allah semata-mata meneima korban persembahan yang juga menghasilkan aroma bau harum (reakh nikhoakh). Imam hanya mendapat kulit binatang korban. Korban itu dibakar dan naik bersama dengan asap kepada Allah. Ritus macam ini digambarkan dalam Im. 1 dan 6: 1-6. Naskah-naskah yang lebih tua menyebutkan jenis ini dalam Kej. 8:20; Kel. 20:24; Hak. 6:26; Yes. 1:11; dan Hosea 6:6. Korban bakaran selanjutnya diberikan setiap hari (Bil. 28) sebagai tambahan hari-hari raya dan kesempatan khusus. Ia juga menajdi “persembahan rajani” (1 Raj. 3:4, 15; 9:25; dan 2 Raj. 16:15). Karena hukum-hukum kultis yang kita sekarang miliki terutama berasal dari periode pasca pembuangan, tidak heran bahwa ola adalah tipe persembahan yang sangat berpengaruh utama dan menggantikan zavakh.
Komponen-komponen utama daripada ola adalah “mendekatkan” (qarav) sebagai suatu tindak imamat, penumpangan tangan (samakh) sebagai suatu tindak yang mengidentifikasikan binatang korban dengan ia yang mempersembahkan korban agar membawa kesejahteraan baginya, penyembelihan binatang (syakhat), ritus darah (zaraq), dan nyala api (qtar). Diantara komponen ini semua, penumpangan tangan dan ritus darah mungkin ditambahkan dari persembahan korban dosa. Semua ini menunjukkan bahwa persembahan individual cenderung mempengaruhi satu dan yang lain, bahwa kewajiban-kewajiban imamat bertambah, bahwa ritus darah semakin penting, dan bahwa praktik persembahan semakin tersistematisasi. Akhirnya, Im. 1:14-17 memberikan aturan-aturan untuk ola.
Ekspresi tertua untuk persembahan pemberian mungkin adalah minkha (bdk. 4:3dst.; 32:14; 1 Sam. 2:17; dan 3:14), sesuatu yang juga dengan sederhana berarti “hadiah” atau “karunia pemberian”, kemudian menjadi sebutan untuk “persembahan sereal”. Minkha sering muncul dalam Im. 2 dan 6:7:11 untuk menggambarkan ritual imamat multi-lapis dan sering disebut sebagai suatu “persembahan” yang mendekati qorban. Bahwa minkha didefinisikan sebagai persembahan sayuran, biji-bijian yang terdiri dari secara khusus tepung gandum dengan minyak, atau makanan panggang yang terbuat dari bahan-bahan ini, bersama dengan api-apian juga bersifat sekunder, seperti contohnya, Hak. 13:19 dan 1 Sam. 2:17. tepung gandum, minyak, api-apian adalah juga komponen dari apa yang dinamakan azkara, yaitu bagian minkha yang dibakar di atas mezbah. Minkha memang hadir sendiri (Im. 6:12-16; dan Bil. 5:11-31), tapi ia didapati dalam naskah-naskah Imam khususnya sebagai persembahan yang menemani ola (korban bakaran).
Dalam Im. 6:15 dst, keseluruhan persembahan (khalil) dideskripsikan bahwa di tempat lain disebutkan hanya dalam Ul. 33:10. Tipe persembahan ini jarang muncul di samping ola (1 Sam. 7:9; Mzm. 51:21) dan mungkin diserap olehnya.
Sementara tidak demikain dalam kesadaran mereka yang memberikan persembahan, semakin pentingna ritual darah di dalam teori persembahan dan praktiknya membuat orang berpikir bahwa dalam teologi imamat di periode pasca pembuangan persembahan pasti kurang dimengerti dalam artian ucapan syukur, pengudusan, penyembahan, dan perjanjian. Malahan, persembahan-persembahan dalam pengertian imamat pasti dilihat lebih sebagai sarana menghapus dosa dan kesalahan yangdatang lebih kuat ke depan selama periode ini. Dengan demikian persembahan sampai ditafsirkan sebagai sarana permohonan ampun (kipper).
Darah sesungguhnya adalah kehidupan, dan kehidupan milik Allah (Kej. 9:4dst, 9; dan Im. 17:11; bdk. Im. 3:17; 7:26dst.; 7:26f.; Ul. 12:23; dll). Jika seakrang darah tetap dipakai dalam kultus persembahan (kel. 29:20dst; Im. 4:6; 8:23dst.; 14: 4, 6dst; dll.), sehingga ia “diberikan untuk kamu di atas mezbah’ (Im. 17:11), laluini terjadi karena YHWH telah menahbiskan agar darah boleh memungkinkan penebusan terjadi. YHWH adalah yang menjamin penebusan bagi para penyembah dengan cara men\mpersembahkan korban penebus dosa dan kesalahan. Lagipula, penebusan bukanlah tindak yang membujuk Allah tetapi mengampuni para pendosa melalui perbuatan ilahi.
Israel pasti terancam oleh kecemburuan Allah (Im. 10:6; Bil. 1:53; 17:11; dan 18 : 5) dan malapetaka-Nya (Kel. 12:13; 30:12; Bil. 8:19; 17:11dst; dan Yos. 22:17), menurut pandangan naskah imamat (sumber P). adalah mungkin jika berpikir tentang penebusan sudah diketahui bahkan pada periode sebelum pembuangan; walaupun demikian bahkan dalam Ul. 21:8, yang sekunder daripada Ul. 21:7, menunjuk kepada lingkungan Deutoronomis, lingkungan pemikiran teologi di pembuangan.
Persembahan penebus dosa (khattat) dan mungkin persembahan penebus kesalahan yang tua (asyam), yang kurang penting, tidak jelas dibedakan dari satu sama lain dalam hal-hal pemakaian mereka juga makna. Walaupun demikian, keduanya memiliki tempat yang utama dalam teologi persembahan dari Imam (sumber P). Ritual-ritual mereka digambarkan dalam Im. 4 dan 5 (bdk.Im. 6:17-22; dan 7:1-10), meskipun, khususnya benar tentang asyam, ritual itu semua tidak jelas diatur dripada ritual-ritual yang ada dalam Im. 1 dan 3 dan tentunya multi-lapisan. PL tidak menawarkan penebusan untuk dosa-dosa yang serius dan sadar (beyad rama; dengan tangan terangkat; Bil. 15:30). Dosa persembahan (bdk. Juga. Yes. 53:10 untuk ini) nampaknya dijaga untuk kesewmpatan-kesempatan ketika cidera diakibatkannya, dengan demikian memperkuat kebersalahan, dalam perbandingan dengan situasi-situasi yang tidak melibatkan cidera. Berhubungan dengan dua type penyerahan korban ini adanya pengampunan YHWH dibicarakan dalam hbungannya dengan aksi penebusan. Permohonan untuk pengampunan yang menyertai korban-korban ini semua pada puncaknya tercapai dalam masa-masa pembuangan dan pasca pembuangan.
Manurut 2 Raja 23:10; Yer. 7:31, dan 32:35, persembahan kepada Molekh (lemolekh) diserahkan di lembah Hinnom, suatu praktik yang secara kuat dicela. Lemolekh mungkin tidak hanya suatu istilah pengorbanan tapi juga suatu ilah, “Molekh” (bdk. Im. 18:21; 20:2-5, 2 Raj. 23:10; dan Yer. 32:35). Dalam PL korban anak mungkin diindikasikan dengan istilah ini (bdk. Im. 20:5 dst; Ul. 18:10; 2 Raj. 17:17; dan 2 Taw. 33:6), sebab ekspresi ini menunjuk kepada hal ini dalam lingkungan budaya Israel (Ul. 12:31; 2 Raj. 23:10; Yer. 32:35; dan Yeh. 16:20 dst.). lagipula, arti ini dibuktikan oleh larangan yang diperlukan (Im. 18:21; 20:2-5; Ul. 12:31; dan 18:10) dan jelas oleh 2 Raj. 23:10; Yeh. 20: 25 dst., 31; 23:37 dst.; dam Yes. 57:5 (juga Hos. 13:5?; bdk. Yer. 19:5 “untuk Baal” dan 2 Raj. 17:31). Mika 6:7 dan 2 Raj. 3:27 mengilustrasikan suatu upacara duka dan permohonan yang semakin diperkuatkan oleh acuan kepada persembahan manusia.
Kej. 28:22 dan Amos 4:4 berbicara tentang sumbangsi kultis daripada perpuluhan daripada panen untuk tempat kudus di Bethel. Amos 4:4 juga berbicara tentang pemberian ini untuk Gilgal, sementara Kej. 14:20 sama demikian untuk Yerusalem yang dihuni kaum Yebus, meskipun berkenaan dengan contoh yang terkemudian mungkin Abraham dan Yerusalem sudah saling berhubungan. Setiap tahun ketiga mereka harus membagikannya kepada mereka yang secara sosial lemah di tempat di mana mereka diam (bdk. Ul. 26:12dst.) menurut Bil. 18:20 dst (P), perpuluhan adalah sumbangan untuk personel kultis, dalam hal ini kaum Lewi. Kemudian meluas meliputi perpuluhan domba dan kawanan domba (Im. 27:32dst; dan 2 Taw. 31:4dst.).
Sumbangan anak sulung yang kemudian sampai hanya terdiri dari hasil pertama panen (Kel. 23:19) dan anak sulung daripada ternak dan domba (Kej. 4:4; dan Kel. 34:19), berdiri sering dekat perpuluhan. Ul. 8:8 mengkhususkan jenis-jenis yang paling penting dari buah-buahan dalam hal ini, dan Ul, 26:1-11 menyebutkan sebuah doa yang harus disampaikan ketika persembahan itu diberikan. Sementara persembahan yang sulung adalah menekankan bahwa YHWH harus disembah dalam ucapan syukur sebagai pemberi semua yang baik (bdk, Ams. 3:9), perpuluhan dianggap sebagai lebih sebagai dukungan imamat atau, menurut Ul., paling sedikit bantuan sosial sementara.
Banyak persembahan yang disertai dengan pembakaran api-apian (dupa), atau suatu komponen ritus mereka ditujuk sebagai pembakaran dupa. Selanjutnya, perkakas untuk dupa (kemenyan) tidak hanya disebutkan dalam PL (1 Raj. 7:50) tapi juga diterangkan oleh banyak ahli arkeologi.
Ada yang juga bisa menyebut sebuah persembahan dalam PL sebagai “doa yang sertai tindakan”. Istilah Ibrani toda dipakai untuk menyebut baik persembahan syukur maupun korban syukur (Im. 7:12; Amos. 4:6; Mzm. 95:2; 100:4, dll.). apa yang menjadi jelas sekarang dari mazmur-mazmur dan doa-doa PL adalah bahwa para penyembah, ketika berdoa, dudah didapati ada dalam hubungan yang menentukan dengan Allah dan persekutuan Allah. Si penyembah mendirikan hubungan ini tidak dengan doa ataupun dengan korbannya; melainkan, mereka berupaya memperkuatkan hubungan itu dan menyucikannya. Sarana untuk menyelesaikan ini disiapkan dan diatur oleh YHWH sendiri dalam korban-korban ini.


1 komentar:

  1. Horst Dietrich Preuss, Old Testament Theology, Volume II: A Commentary. The Old Testament library; Louisville, Ky: Westminster John Knox Press, 1995.

    BalasHapus

Silahkan berikan komentar Anda terhadap artikel situs ini