Sabtu, 11 April 2009

CLINICAL PASTORAL EDUCATION AND ITS SIGNIFICANCE FOR INDONESIA: Pendidikan Pastoral Klinis Dan Signifikansinya bagi Indonesia (Daniel Susanto)

Bab 1 Pendahuluan
Pendidikan pastoral sangat penting bagi gereja karena pendidikan ini menyiapkan setiap orang untuk melakukan layanan pastoral. Menurut R. J. Hunter pelayanan pastoral biasanya mengacu kepada semua pekerjaan pastoral yang berkenaan dengan dukungan dan pembinaan orang-orang dan hubungan antar pribadi termasuk ekspresi-ekspresi kepedulian dan keprihatinan setiap hari yang mungkin terjadi di tengah-tengah beragam aktivitas pastoral dan hubungan-hubungan.
Bab 2 Pendidikan Pastoral Klinis di Indonesia
Benih Pendidikan Pastoral Klinis (PPK) di Indonesia
PPK datang ke Indonesia melalui para teolog pastoral Indonesia yang berperan serta dalam PPK di America Serikat, maupun di negara lain dan malalui para misioner asing yang bekerja di Indonesia. Berhubungan dengan berkembangnya pendidikan pastoral di Indonesia, beberapa teolog pastoral Indonesia belajar di luar negeri dan mengambil kursus dalam PPK di sana. Contohnya, Adriana Lala belajar PPK di Amerika Serikat dan di Filipina, Mesach Krisetya berpartisipasi dalam PPK di India dan di Amerika Serikat, Totok S. Wiryasaputra dan penulis belajar PPK di Amerika Serikat. Selama beberapa tahun sejak 1982 seorang teolog pastoral Amerika-Belanda, Aart Martin van Beek, bekerja sebagai seorang pendeta rumah sakit dan sebagai guru di Indonesia. Benih PPK di Indonesia ditabur di Rumah Sakit Bethesda di Yogyakarta. Di tahun 1982, setelah lokakarya nasional pertama tentang konseling dan pelayanan pastoral, Departeman Konseling Pastoral dan Pekerjaan Sosial R.S. Bethesda mengadakan lokakarya lokal tentang konseling dan pelayanan pastoral di RS Bethesda.
PPK di UKSW
Universitas Kristen Satya Wacana di Salatiga telah mengadakan program dasar PPK sejak 1985.
Kursus pertama PPK
1985 fakultas teologi UKSW bekerja sama dengan pusat konseling universitasmemulai kursus pendidikan klinis konseling pastoral. Nama program itu adalah “Program Pendidikan Konseling Pastoral”. Program itu adalah reaksi terhadap pendidikan pastoral tradisional di UKSW pada waktu itu yang masih terbatas pada bahan teoritis, akademis dan kognitif.
Program Pendidikan Konseling Pastoral pertama diadakan dari 19 Agustus sampai 9 November 1985 dan dihadiri 15 mahasiswa. Mereka adalah pekerja sosial, doktor, pekerja gereja awam, pendeta, dan dokter.
Kursus PPK 1986
Kursus kedua diadakan pada 16 Juni s/d 12 September 1986 dengan dihadiri 11 mahasiswa. Tujuan umum kursus kedua ini adalah agar setelah menyelesaikan kursus itu para mahasiswa akan memiliki pandangan dan keahlian dasar dalam konseling untuk membantu orang lain. Tujuan khusus adalah : 1) peserta akan mampu memahami teori dasar konseling; 2) peserta akan mampu mempelajari kontribusi-kontribusi relevan dari psikologi, sosiologi, teologi, antropologi, dan dinamika kelompok untuk konseling; 3) peserta akan memiliki pandangan untuk menganalisa situasi konseling; 4) peserta akan memiliki kemampuan dasar konseling; 5) peserta akan memiliki keahlian untuk menganalisa situasi konseling; 6) peserta akan bisa mengintegrasikan pandangan dan keahlian yang diperoleh dalam melayani orang-orang lain.
Kursus PPK 1987
Kursus ketiga diadakan dari 27 April sampai 24 Juli, 1987 dengan 9 mahasiswa yang hadir. Tujuan dari kursus ini tidak berbeda secara mendasar dari yang kedua.
Kursus PPK 1992
Kursus ketujuh diadakan sejak 14 September s/d 27 November. Sebelas mahasiswa berperan serta. Kursus ini diadakan hanya oleh Fakultas Teologi UKSW, karena tahun 1991 perjanjian kerjasam resmi antara UKSW dan Asosiasi layanan Kesehatan Kristen Indonesia, di bawah mana Program Pendidikan Konseling Pastoral adalah salah satu hal utama telah berakhir.
Meskipun teori dan praktek seharusnya terpadu dalam program pembelajaran PPK, pada kenyataannya beberapa mahasiswa cenderung belajar dari teori ke praktik. Selama pekerjaan lapangan mereka cenderung menerapkan teori-teori yang telah dipelajari di kelas ke dalam praktik.
PPK di RS Cikini
Sejak tahun 1992 dalam kerja sama dengan RS Cikini dan STT Jakarta, telah diadakan kursus dasar PPK di RS Cikini. Tujuan umum dari kursus ini adalah: 1) mendidik dan melatih para peserta dalam memperoleh dan meningkatkan pengetahuan dan keahlian dalam pelayanan dan konseling; 2) mendidik dan melatih para peserta melalui pengalaman praktis melayani manusia yang menderiat; 3) mendidik dan melatih para peserta untuk menganalisis problem-problem manusia secara holistik. 4) mendidik dan melatih para peserta untuk memperoleh pandangan teologis melalui methode induktif; 5) membimbing peserta untuk menyadari kekuatan dan kelemahan mereka dalam menolong manusia; dan 6) membimbing peserta mengembangkan pelayanan mereka dan mengevaluasi pelayanan mereka berhubung menjadi kader untuk pelayanan dan konseling pastoral di Indonesia.
Institut Studi PPK Persetia
Pada tanggal 2 sampai 10 Juni, “Persetia” mengadakan konferensi tentang Pastoral Klinis di Salatiga. Tujuan utama konferensi ini adalah belajar dan mengembangkan PPK di Indonesia. Program konferensi itu terdiri dari berbagi pengalaman PPK, kuliah, loka karya. Enam kulaih disampaikan dalam konferensi ini: 1) PPK sebagai model bagi pendidikan pastoral; 2) konseling pastoral lintas budaya; 3) Teologi Pastoral: Klinis atau Empiris?; 4) Pengawasan dalam PPK; 5) Pengalaman Pelayanan di bawah Pengawasan; dan 6) Riset Pastoral dan Metode Studi Kasus.
Studi “Pendidikan Pastoral Klinis sebagai suatu Model Pendidikan Pastoral”
PPK segaris dengan teori pendidikan Dewey. Penulis memilih menghubungkan teori ini dengan PPK karena Dewey mendasarkan teori ini atas pengalaman; maka basisnya sesuai dengan basis PPK. Dalam tesis ini penulis menyampaikan bahwa PPK secara edukasional segaris dengan teori Dewey karena penekanan PPK, yaitu: belajar pelayanan Pastoral melalui pengalaman klinis, sesuai dengan teori pendidikan Dewey yang menyataka bahwa pendidikan bermula dan berdasar pada pengalaman. Di samping itu, serupa dengan pandangan Dewey, dalam PPK pusat aktivitas-aktivitas pendidikan adalah dalam pelajar itu sendiri.
Studi tentang “Pendidikan pastoral Klinis di Jawa: Pertimbangan-Pertimbangan Teologis dan Kultural”
Pada tahun 1990, Krisetya menyelesaikan tulisannya untuk gelar Doktor Ministri proyek profesional yang berjudul “Pendidikan Pastoral Klinis di Jawa: Pertimbangan-Pertimbangan Teologis dan Kultural”. Dalam karyanya, Krisetya pertama mencoba mengenali beberapa faktor teologis dan kultural yang mempengaruhi perkembangan mula-mula PPK di Amerika. Ini ia lakukan dengan memeriksa latar belakang budaya-agama pada masa pelopor PPK sperti Keller, Cabot dan Boisen. Krisetya menyatakan bahwa perkembangan pertama yang kemudian menjadi perkembangan teologis ketika Liberalisme Protestan juga memasuki pergerakan agama dan Kesehatan.
Studi tentang “Menuju suatu Model Kontekstual Pengawasan PPK di Indonesia”
Dalam disertasinya, Lala melaporkan risetnya tentang pengawasan. Ia menggunakan metode riset kualitatatif dan mendasarkan risetnya pada pengalaman pengawasannya dengan beragam 16 mahasiswa PPK dari dua unit PPK yang berlainan yang diadakan di RS Cikini pada tahun 1993 dan 1994 di Jakarta. Dengan menafsirkan pengalaman-pengalaman dari para mahasiswa PPK, Lala mengenali isu-isu penting mengenai pengawasan yang terdiri dari isu-isu pembelajaran klinis dan rintangan-rintangan yang menghalangi proses pembelajaran klinis seperti komunikasi, luka-luka pribadi, dan kekuatan.
Bab 3: Pendiidkan Pastoral Klinis di Amerika Serikat dan Pertumbuhannya
Latar belakang PPK lahir dalam pertengahan konteks Amerika Utara pada tahun 1920-an. Pada masa ini Amerika dipengaruhi oleh liberalisme teologis dan pragmatisme filosofis. Menurut Jenny yates Hammett, seorang professor filsafat di Institut Teknologi Rochester, New York, selama dua dekade pwertama abad ke duapuluh, liberalisme teologis dan pragmatisme filosofis mencapai puncaknya.
Hammett menggambarkan beberapa karakteristik liberalisme teologis sebagai berikut: 1) salah satu prinsip liberalisme dasariah yang dibawa dari abad ke sembilan belas adalah suatu penekanan pada methode ilmiah; 2) lokus kekuasaan nampak dalam contoh kehidupan beragama ketimbang dalam dokrtin Alkitabiah atau teologis; 3) karena kepercayaannya dalam kemajuan ilmu abad kesembilan belas, liberalisme optimis terhadap masa depan umat manusia; 4) perkembangan yang paling berpengaruh dari liberalisme adalah injil sosial karya Walter Rauschenbusch.
Lahirnya PPK
PPK lahir sebagai reaksi terhadap pendidikan tradisional pada waktu itu. Kelahiran PPK dimulai oleh beberapa pelopor, seperti: William S. Keller, Anton T. Boisen, dan Richard C. Cabot. Meskipun hahir di Amerika namun PPK berkembang dan meluas ke nagara-negara lain di seluruh dunia. PPK telah meluas ke Eropa, Asia, Selandia baru dan Australia, Afrika, Kanada, dan Amerika Selatan.
Bab 4: Prinsip-Prinsip Dasar Pendidikan Pastoral Klinis
dan Diskusi tentangnya di Amerika Serikat
Tujuan PPK
Tujuan umum PPK sama dengan tujuan pendidikan pastoral: membantu seseorang mempelajari pelayanan pastoral. Tujuan umum ini, menurut beberapa literatur, dapat digambarkan dalam tujuan-tujuan khusus berikut:
1. Membantu mahasiswa sadar akan identitas pastoral mereka. Menurut Thornton, pembentukan dan pusat tujuan PPK adalah pembentukan identitas pastoral dalam diri para mahasiswa teologi dan pendeta.
2. Membantu mahasiswa mengembangkan keahlian pastoral mereka.
3. Membantu mahasiswa memahami diri mereka. Pelatihan klinis adalah pengalaman yang akan mengijinkan seseorang untuk memiliki pandangan yang lebih besar terhadap, dan pemahaman yang lebih baik akan dirinya.
4. Membantu mahasiswa meningkatkan pertumbuhan pribadinya. PPK adalah prosedur yang tepat guna untuk membina pertumbuhan personal. Pertumbuhan personal berkenaan dengan aktualisasi diri.
5. Membantu mahasiswa meningkatkan hubungan mereka dengan orang-orang lain. Tujuan pelatihan klinis adalah paling tidak menyediakan semacam pengalaman kelompok melalui mana seorang mahasiswa dapt tumbuh. Pertumbuhan yang diperlukan adalah berinteraksi yang lebih memadai dan lebih matang denagn orang lain.
6. Membantu mahasiswa meningkatkan hubungan mereka dengan Allah.
7. Membantu mahasiswa bekerja sama dengan orang-orang dari kelompok profesi berbeda. Membantu mahasiswa belajar bekerja secara kooperatif dengan perwakila kelompok profesi lain dan agen komunitasmenuju pencegahan dan perbaikan kelemahan-kelemahan manusia dan menuju solusi perorangan dan masalah sosial.
8. Membantu mahasiswa memperoleh pengetahuan pelayanan pastoral, khusunya pelayanan pastoral.
9. Membantu mahasiswa mempelajari refleksi teologis pastoral. Sebagai suatu bentuk pendidikan teologis, PPK membantu mahasiswa mempelajari refleksi teologis pastoral.
Metode PPK
PPK adalah model pendidikan pastoral yang memiliki beberapa tujuan di atas. Metode boleh didefinisikan sebagai cara sistematik untuk sampai kepada objek atau tujuan-tujuan seseorang. Metode PPK didasarkan pada aksi dan refleksi di bawah pengawasan.
Mahasiswa mencapai tujuan pertama-tama dengan melakukan aksi. Mereka mengadakan pelayanan pastoral kepada pasien di RS dan keluarganya. Dalam PPK mahasiswa tidak hanya melakuan aksi tapi juga refleksi atas apa yang telah ia lakukan. Salah satu cara refleksi adalah laporan verbatim yang dialogis. Pengawasan penting bagi mahasiswa. Pengawasan adalah prosedur pendidikan yang unik dan dapat diidentifikasi. Pengawasan ini memerlukan pengawas, latar institusi.
Program-Program PPK
Unit dasar PPK di Ikatan Rumah Sakit Universitas Emory pada musim Panas 1989 diadakan sejak 5 Juni sampai 11 Agustus, 1989 dan terdiri dari sepuluh elemen:
1. Orientasi. Selama pekan pertama PPK, semua mahasiswa diperkenalkan dengan Ikatan Rumah Sakit Universitas Emory melalui informasi tentang kondisi kerja daripada rumah sakit-rumah sakit ini dan tur pengarahan
2. Mengunjungi pasien dan menulis verbatim
3. Tugas siang malam. Setiap mahasiswa bertugas 3-8 kali pada siang hari dan 7 kali malam selama musim panas.
4. Memimpin ibadah
5. Seminar kelompok kecil
6. Seminar kelompok besar
7. Konferensi individual dengan pengawas sekali seminggu
8. Pertemuan giliran. Mahasiswa yang punya pasien di Pusat Kedokteran Rehabilitasi harus menghadiri pertemuan giliran dua atau tiga kali seminggu
9. Seminar didaktik, diadakan setiap Rabu. Semua mahasiswa dasar harus ikut.
10. Pertemuan staff. Sekali seminggu mahasiswa dan pengawas yang ada di RS Univ. Emory bertemu bersama.. dalam 15 menit mereka berbagi pengalaman dan informasi.
Isu-Isu Pendidikan, Pelayanan, dan Teologis
Isu teologis. Kita tahu bahwa beberapa teolog dan pakar PPK di Amerika Serikat seperti Thornton, Bruder, dan Gerkin memberikan perhatian kepada hubungan yang sesuai antara PPK dan pendidikan teologi. Powell berharap lebih ketika ia menyatakan bahwa isu yang krusial yang terlibat dalam pendirian teologis untuk pelayanan pastoral akan muncul dari para pemimpin PPK. Berhubungan dengan itu, teolog-teolog dan para pakar telah mengembangkan aspek teologis PPK. Itu penting karena PPK adalah model pendidikan pastoral. Sebagai model pendidikan pastoral, PPK bukan hanay sebuah metode pendidikan tetapi juga aktivitas teologis. Maka, PPK memerlukan dasar-dasar teologis yang sesehat mungkin.
Isu Pelayanan
Bruder menekankan bahwa pelatihan pastoral klinis harus dibaktikan kepada pelayanan dan tidak boleh dipisahkan dari gereja. Pernyataan Bruder ini sangat penting. Walaupun demikian. Masalah-masalah muncul karena PPK berfokus pada pelayanan tertentu sedangkan pelayanan gereja bersifat umum.
Isu Pendidikan
Bruder dan Gerkin berharap adanya perkembangan konsep pengawasan (pembimbingan). Gerkin menyarankan untuk orang-orang yang terlibat dalam PPK menghasikan literatur yang baik tentang pengawasan. Sebenarnya, apa yang mereka harapkan telah diwujudkan dalam pertumbuhan PPK. Para teolog dan pakar PPK di Amerika Serikat telah mengembangkan aspek pendidikan daripada PPK, khususnya pengawasan PPK.
Bab 5: Pengalihan Pendidikan Pastoral Klinis bagi Belanda
Kelahiran dan Pertumbuhan PPK di Belanda
PPk tiba di belanda pada tahun 1960-an. Model pendidikan pastoral ini telah diterima dan tumbuh dalam cara-cara berbeda. Dari Belanda PPK telah juga menyebar ke Jerman, Swiss, dll.
Sebelum lahir di Belanda, ada dua garis pemahaman Protestan tentang pelayanan Pastoral di belanda. Garis pertama menekankan tradisi Calvin pelayanan pastoral sebagai pelayanan Firman Allah, berhubungan dengan “nasihat dan disiplin”. Garis kedua memperhatikan psikologi dan psikoterapi. Jadi, kedua garis ini relatif terpisah satu sama lain.
Kondisi pelayanan pastoral pasa waktu itu di belanda sangat tidak memuaskan. Karena pelayanan tidak berfungsi denghan memadai.
Sejak perkenalannya pada tahun 1960-an PPK berkembang di belanda. PPK telah diadakan di beberapa tempat dan diterima dalam beberapa universitas atau sekolah teologi di sana.
Isu-Isu Utama dalam Pengalihan PPK ke Belanda
Isu teologis. Di Belanda iklim teologi pada umumnya sangat kuat dan dalam. Akibatnya, orang-orang termotivasi untuk menilai model baru pendidikan pastoral ini dari perspektif teologis. Isu-isu ini bisa dikatakan beberapa isu penting dalam pengalihan PPK di Belanda. PPK dianggap sebagai aktivitas teologis. Isu Kristologi dan Pneumatologi (ilmu tentang ke-Roh-an. penterj.) mewarnai isu teologi di Belanda yang mempengaruhi pertumbuhan PPK. Juga ada diskusi tentang antropologi dan hubungan antara teologi dan Psikologi dalam PPK.
Isu Pelayanan. Dengan ini maksudnya berhubungan dengan pelayanan gereja. Pelayanan terdiri dari beragam fungsi di anataranya adalaha pelayanan pastoral. L. O. Mills menunjukkan bahwa pelayanan pastoral biasanya mengacu kepada dimensi yang lebih intensif dari tugas yanglebih besar pelayanan.
Isu Spesialisasi. Heitink menunjukan bahwa PPK ada dalam contoh pertama yang dikembangkan sebagai suatu model pelatihan untuk pendeta-pendeta yang memilki spesialisasi palayanan. Persyaratan 3 bulan PPK biasanya disebut dalam iklan-iklan untuk berbagai bentuk pelayanan pastoral khusus.
Isu Individualisasi. Isu individualisasi muncul dalam hubungannya dengan pengalihan PPK dari Amerika Serikat ke Belanda. Sebagaimana dinyatakan oleh van Gennep pada tahun 1985, pada 20 tahun terakhir PPK telah disetujui oeh keadaan-keadaan, karena ia bisa sesuai masuk ke dalam individualisasi iman.
Isu Profesionalisasi. Berhubungan dengan pengalihan PPK dari Amerika Serikat ke Belanda bebarapa teolog Belanda mendiskusikan isu profesionalisasi. Isu ini muncul karena PPK telah mendukung professionalisasi dalam pelayanan pastoral.
Isu Pendidikan
Dalam membahas isu pendidikan, para pakar PPK di Belanda lebih menyukai mengembangkan teori pembelajaran dan metode pembelajaranPPK untuk belanda daripada mengkritisi teori pembelajaran PPK Amerika. Konsep pengawasan PPK telah dikembangkan di Belanda, khususnya berhubungan dengan unsur-unsur religius atau kerohanian, dan iman dan teologi (contoh: oleh Andriessen, Heitink, Van Delden dan Houtsma). Para pakar PPK di Belanda menakankan dimensi personal dan professional dari pengawasan PPK (contoh: Zuidgeest, Zijlstra, Van Kessel, dan Bodisco Massink), memberikan perhatian kepada pengawasan kelompok dan individu (contoh: van Delden), dan menunjukkan peran penting seorang pengawas (contoh: Zijlstra).
Bab 6: Pengalihan yang Sesuai Pendidikan Pastoral Klinis ke Indonesia
Membahas masalah ini, kita mengemukakan dua pertanyaan penting: 1) apakah PPK sesuai dengan Indonesia, sebagaimana dipandang dari perspektif kenyataan teologis, pelayanan, dan pendidikan di Indonesia? 2) bagaimana bisa PPK dipakai dalam hal sesuai dengan Indonesia? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu sepenuhnya memperhatikan trend perkembangan teologi, pelayanan, dan pendidikan di Indonesia.
Dari aspek proses teologi yang dikembangkan di Indonesia kiat menyimpulkan bahwa PPK sesuai dengan Indonesia kerena proses refleksi teologi yang dipakai dalam PPK sejalan dengan proses berteologi yang dikembangkan dalam teologi kontekstual di Indoensia. Keduanya menekankan korelasi antara teks dan konteks. Walaupun demikian, dari aspek isu-isu yang dialamatkan oleh para teolog di Indonesia kita menyimpulkan bahwa PPK tidak sesuai dengan Indonesia kerna isu-isu yang berkenaan dalam PPK kebanyakan berhubungan perorangan sementara isu-isu yang dialamatkan oleh apra teolog di Indonesia berhubungan dengan masyarakat.
Untuk menggunakan PPK yang sesuai untuk Indonesia, seseorang harus memperhatikan pertimbangan-pertimbangan ini: 1) PPK tidak boleh hanya senbagai model pendidikan tetapi juga aktivitas teologis; 2) ketika melakukan refleksi teologis, PPK harus memperhatikan peran penting teks dan konteks; 3) ketika melakukan refleksi teologis, dimensi konteks dalam PPK harus diperluas, tidak hanya berhubungan dengan individu tetapi juga masyarakat dan lingkungan.
Dari aspek trend perkembangan pelayanan di Indoensia kita simpulkan bahwa PPK tidak sesuai untuk Indonesia karena pelayanan yang dilakukan dalam PPK menekankan perorangan sementara pelayanan yanh dikembangkan di Indonesia menekankan pelayanan kepada masyarakatdengan perhatian penuh kepada lingkungan.
Agar membuat PPK berguna untuk perkembangan pelayanan, termasuk pelayanan pastoral dan konseling di Indonesia, ketika menggunakan PPK di Indonesia seseorang harus memperhatikan pertimbangan-pertimbangan ini: 1) PPK harus berfukus tidak hanya pada individu tetapi lebih luas kepada masyarakat; 2) memberi perhatian penuh kepada dimensi sosial pelayanan; 3) mengurangi efek samping buruk daripada spesialisasi dan menyiapkan mahasiswa PPK untuk praktik umum dalam pelayanan , PPK dapat diadakan dalam gereja setempat; 4) PPK harus terbuka bukan hanya untuk mahasiswa teologi dan pendeta , tetapi juag orang-orang awam; menyediakan pelayanan pastoral bagi umat manusia, PPK harus menggunakan analisis menyeluruh, tidak hanya analisis psikologis.
Dari aspek perkembangan pendidikan di Indonesia dapat disimpulkan bahwa PPK cocok untuk Indonesia karena prinsip-prinsip dasar pendidikan daripada PPK sejalan dengan prionsip-prinsip dasar pendidikan yang dikembangkan di Indonesia. Seseorang juag harus memperhatikan kesulitan-kesulitan orang Indonesia dalam mengungkapkan pengalaman mereka dan masalah pribadi atau perasan kepada orang lain.

1 komentar:

  1. bisa disertakan dengan catatan footnotenya supaya lebih valid

    BalasHapus

Silahkan berikan komentar Anda terhadap artikel situs ini