Peran Serta Gereja dalam Penciptaan suatu Tatanan Ekonomi Manusia
Minjung (rakyat) telah muncul pada panggung sejarah melalui pergerakan mereka. Pergerakan ini telah menantang tatanan yang sudah didirikan dri ekonomi politik kerajaan-kerajaan, tuan-tuan tanah yang feudal dan kuasa-kuasa yang imperial dalam masyarakat mereka. Ini semua telah mengambil bermacam-macam bentuk dalam pemberontakan petani dan pergolakan-pergolakan yang telah menandai banyak sekali halaman sejarah Asia. Pergerakan-pergerakan ini dan peristiwa-peristiwa memaksakan reformasi dalam tatanan ekonomi; dan pada saat yang sama, pergerakan ini mengembangkan visi sosio-ekonomi mereka yang khas yang dilaksanakan secara sebagian oleh mereka sendiri. Dengan ini, Minjung mengungkapkan aspiraasi ekonomi, sosial dan politik mereka.
Oikonomia Allah berarti oikonomia Minjung bagi kita. ia bukan rencana ekonomi baru bukan juga sistem ekonomi baru, melainkan pergerakan solidaritas allah dengan umat dalam perjuangannya demi keamanan sosio-ekonomi. Visi-visi dan hikmat umat demi kesejahteraan ekonomi mereka dibenarkan di sini maupun subyektivitas mereka dalam kehidupan ekonomi; penaklukan, pengobyekan dan pemerasan ditolak.
Apakah Gereja hidup dalam suatu ekonomi kapitalis atau sosialis, gereja dipanggil untuk ada dalam solidaritas dengan rakyat. ini berarti bahwa Gereja dipanggil untuk bergabung dalam perjalanan rakyat menuju oikonomia Allah. Ini adalah pergerakan menuju Oikonomia Minjung di mana kehidupan Minjung dilindungi, diamankan dan dipenuhi sebagaimana rencana Allah dalam Kebun Kehidupan.
Bab 17
Perjanjian dengan Orang-Orang Miskin
Adalah di antara orang-orang miskin di dunialah bahwa kekuatan dan validitas iman Kristen sangat serius diuji. Ia diuji jika Allah hidup dan jika Allah adil. Adalah suara orang-orang lapar yang menantang vitalitas Iman Kristen secara menyedihkan. Umat Allah hidup di dalam proses sejarah. Adalah perlu bahwa teologi membedakan ekonomi politik Allah yang bersifat lekat dalam perjanjian Allah dengan umat Allah. Ia memiliki implikasi yang teoritis dan praktis bagi ekonomi politik dsari semua umat di dunia. Ekonomi politik Allah bertentangan dengan kuasa-kuasa dunia.
Keadilan, koinonia dan shalom dalam semesta ada pada fondasi visi kemasyarakatan komunitas Kristen. Dalam konteks ini, umat Allah dilihat sebagai subyek pengolahan kebun, tetapi juga disadari bahwa manusia bukanlah satu-satunya partisipan dalam Kebun itu. Pengolahan Kebun itu meliputi semua yang diciptakan allah. Karena eksploitasi semua ciptaan oleh Lewiatan dan Naga, walaupun demikian Kebun Allah telah menjadi rimba bagi manusia.
Untuk memulihkan Kebun itu, kuasa dan wewenang Lewiatan dan naga harus ditaklukkan kepada kuasa dan wewenang Allah sang pekebun. Komunitas manusia yang terinjak-injak dan terluka dan tata alam juga harus dipulihkan, dan roh kehidupan harus mengisi rimba itu agar keadilan, koinonia dan shalom Kebun itu bisa berkuasa.Inilah tugas yang diberikan kepada umat Allah dalam oikumene Allah, yaitu tempat kediaman Allah di antara umat itu di dunia yang Ia ciptakan.
Ketika tugas ini selesai, sang gembala menggantikan si harimau; sang hamba menggantikan si tuan; Anak Domba, tuhan yang dipersembahkan menggantikan Lewiatan; keadilan, damai dan integritas ciptaan menggantikan tatanan politis yang menindas, perang-perang demi kedamaian dan bertahan hidup, pengeksploitasian yang curang dan penghancuran alam: Kebun dipulihkan.
Perjanjian dengan orang miskin dengan demikian menjamin shalom komunitas manusia-auatu komunitas yang asli berdasarkan keadilan dan kasih agape. Inilah manifestasi daripada kedaulatan Allah
2. Misi Allah dalam Konteks Penderitaan dan Perjuangan Rakyat Asia
Selama sejarah panjang rakyat Asia melalui jamaat Ortodoks Nestorian di Cina dan India, Mar Thoma dan Orthodoks Siria di India dan Katolik Roma dan misi Protestan dan Gereja, komunitas Kristen di seluruh Asia telah bersaksi bagi Kristus Yesus. Beberapa jemaat Kristen pribumi juga bermunculan.Adalah CCA (Konferensi Kristen Asia) yang berkeputusan dalam membuat saksi Kristen yang sungguh-sungguh ekumenis si antara rakyat Asia yang menderita dan berjuang.
Kisah rakyat itu tersingkap seperti kisah umat Allah yang menurut kisah-kisah umat Allah Alkitabiah. Rakyat di Asia bergerak dan berada dalam penderitaan meeka, perjuangan memreka, pengharapan mereka dan aspirasi mereka ketika Allah bergerak dan berada dalam sejarah mereka, sebab kisah-kisah rakyat Asia secara intrinsik berkaitan dengan kisah Yesus Kristus. Jemaat Kristen percaya bahwa alur kisah yang mendasar daripada rakyat Asia sedang dibentuk oleh kisah yesus Kristus: Yesus adalah Juruslamat dan mesias bagi rakyat di Asia. Paradigma ini menentukan sifat paradigma saksi Kristen di antara rakyat.
"Minjung" "Janata": kata-kata untuk rakyat yangmenderita bisa ditemukan dalam semua bahasa Asia. adaalh pembenaran sejarah bahwa rakyat dikenal oleh kisah penderitaan dan perjuangan mereka dan aspirasi mereka dalam konteks sejarah mereka. Kisah penderitaan rakyat Asia jalin menjalin dengna sejarah rejim politik di Asia. Tuan-tuan tanah feudal, sultan, raja, diktator militer, otoriter dan totaliter semuanya harus dipertimbangkan ketika rakyat mengisahkan kisah-kisah mereka sendiri secara benar dan penuh.
Misi Allah di antara rakyat yang menderita di Asia adalah untuk memulihkan kehidupan dan martabat mereka sampai pada kepenuhannya sehingga Gambar Allah boleh diwujudkan di antara mereka. Allah membuat yang miskin aman secara sosio-ekonomi. Allah membebaskan mereka yang ditindas dan dipenjara oleh kuasa-kuasa diktator. Allah menegakkan keadilan, mematahkan struktur-struktur dan sistem-sistem ketidakadilan. Allah memberi damai bagi para pengungsi, orang-orang buangan, tawanan di tanah gersang yang sunyi dan tercabik perang.
Bab 19
Misi dan Solidaritas Kristus dengan Rakyat
Misi Kristen secara sejarah telah terjadi dalam konteks pelebaran kolonial da komersial bangsa Barat. Kita boleh mengkualifikasikan pernyataan ini dalam rujukan kepada penyebaran gereja-gereja Timur dan kantong-kantong percobaan misioner yang melawan upaya kolonial Barat. fase awal misi Kristen Barat sangat erat berkenaan dengan istilah "ekspansi". Misi adalah badan "penakluk" dari Kristus "Barat" atas wilayah kafir.
Di Asia, tema Kristus dalam solidaritas dengan umat yang menderita dan berjuang adalah inti dari misi ekumenis. Ini juga benar dalam Alkitab. Seorang pekerja industri iskin akan menemukan yesus sebagai rekan sekarja, dan seorang yang sakit menemukan-Nya sebagai teman yang nyata. Wanita miskin menyambut kumpulan-Nya. Istilah solidaritas telah disalahmengerti dalam beberapa konteks ideologis, dan gereja-gereja Barat telah bereaksi agak negatif. Konsep tentang solidaritas sangat penting di antara rakyat yang menderita dan berjuang. Kita perlu merehabilitasi istilah "solidaritas". Banyak konsep Alkitab yang dekat dengan ide solidaritas ini: perjanjian (hubungan setia), inkarnasi (hidup bersama=oikonomia), satu tubuh dalam Kristus dan menjadi satu dengan Kristus, koinonia (berbagi bersama dan partisipasi), iman (hubungan kesetiaan). Istilah Alkitab stereoma, yang berarti hubungan komunitas yang kuat dan kokoh, sanagt dekat dengan istilah solidaritas. Solidaritas secara umum berarti hubungan atau serangkaian hubungan atas dasar tujuan bersama dan persamaan, seperti kebangsaan dan geografi. Kita mengadopsi istilah solidaritas untuk menambah istilah "keesaan".
Dalam konteks Asia, khususnya dalam konteks mereka yang menderita dan berjuang, gerakan ekumenis telah dikaitkan dengan isu keadilan. stialh Alkitab "satu" seharusnya diterjemahkan sebagai solidaritas bukan kesatuan.
Misi Kristus sedang ditentang oleh beberapa perempat di Asia. Ada dua argumen: satu politis dan satu agama. Konsep Missio Christi adalah nosi berkemenangan daripada kuasa kolonial yang datang dengan salib di kapal mereka dan di depan pasukan militer.
Misi sebagai Komunikasi untuk Solidaritas Perjanjian dengan Penderitaan dan Perjuangan Rakyat
Menurut iman Kristen kita, semua bangsa di dunia harus masuk ke dalam solidaritas perjanjian, yaitu suatu hubungan yang setia, kuat dan solid dengan Allah. Yesus Kristus adalah komunikasi kesetiaan Allah yang tertinggi terhadap seluruh umat manusia. Kedatangan Roh menciptakan keajaiban komunikasi di antara bangsa-bangsa. Gereja oleh karena itumenjadi pusat komunikasi yang menyebarkan kabar baikdi antara semua bangsa.
Tugas misi saat ini bisa diringkas sebagai berbagi Kabar Baik dengan semua bangsa dalam hubungan kesetiaan yang kita sebut solidaritas. Walaupun demikian ada penghalang-penghalang bagi Kabar Baik untuk dibagikan dalam solidaritas.
Membagikan Kabar Baik di antara bangsa pada zaman sekarang memerlukan komunikasi yang efektif dalam konteks kerja jaringan budaya kontemporer di mana-mana. Cara-cara mengkomunikasikan Kabar Baik itu harus dicari dalam kemitraan solidaritas dengan bangsa-bangsa dengan mana Kabar Baik mau dibagikan. Rakyat menentuan cara bagaimana komunikasi itu harus dilakukan, rakyat pada akhirnya menentukan isi dari Kabar Baik dalam konteks situasi antar-budaya mereka sendiri.
Kenyataan Yesus sebagai Hamba yang Menderita berarti penolakan total terhadap segala bentuk apa pun dari triumfalisme (paham berkemenangan) dalam pemikiran misiologis kita, sebagaimana jelas dinyatakan dalam perkataan Yesus dalam Mrk. 8:31 dan 9:35. Solidaritas perjanjian Allah dengan rakyat yang menderita dan berjuang adalah konteks dasariah dan kerangka komunikasi Kabar Baik.
Masalah yang paling serius baik dari misi ekumenis maupun misi evangelikal saat ini adalah bahwa bahasa dan komunikasi kabar Baik dimonopoli dengan cara yang triumfalis, otoriter, dan bahkan chauvinis saleh dalam hubungan dengan rakyat yang menderita. Teologi-teologi sering membela dan melayani Gereja secara "ideologis" -- bukan dalam perjuangan melawan kekuasaan yang tengah ada, penguasa-penguasa sistem ekonomi dominan, dan bukan dalam pelayanan rakyat yang menderita -- tetapi membela Gereja, "pemilik" dan "pelestari" kebenaran dan keselamatan.
Hamba yang Menderita yang ada dalam solidaritas perjanjian dengan rakyat yang menderita adalah penanggung Kabar Baik. Ia bukan penguasa komunikasi Kabar Baik. Bagaimana Gereja bisa menyandang Kabar Baik jika tanpa masuk ke dalam solidaritas perjanjian dengan rakyat (umat) yang menderita di bawah kerja jaringan kultural dominan pada masa kita?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar Anda terhadap artikel situs ini