(Dibawakan oleh Jadesmon Saragih, M.Theol. dalam persekutuan Ibadah Natal Warga Batak "Dosniroha" Ampah dan sekitarnya, Kec. Dusun Tengah, Barito Timur, Kalimantan Tengah; 13 Desember 2015
Terpujilah Engkau Allah yang menciptakan semesta.
Terpujilah Kristus yang mengosongkan diri bagi dunia.
Terpujilah Engkau Allah sebab Engkau baik.
Dan kasih setia-Mu tetap untuk selama-lamanya.
Siapakah kami ya Allah sehingga Engkau memandang kami dari ketinggian surga-Mu?
Namun di sepanjang masa Natal telah mengajarkan kami tentang kasih-setia-Mu yang tak terkira, tentang hidup dan terang, tentang kedamaian, tentang kesederhanaan dan kerendahan.
Terpujilah Kristus yang mengosongkan diri bagi dunia.
Terpujilah Engkau Allah sebab Engkau baik.
Dan kasih setia-Mu tetap untuk selama-lamanya.
Siapakah kami ya Allah sehingga Engkau memandang kami dari ketinggian surga-Mu?
Namun di sepanjang masa Natal telah mengajarkan kami tentang kasih-setia-Mu yang tak terkira, tentang hidup dan terang, tentang kedamaian, tentang kesederhanaan dan kerendahan.
Di atas semuanya tentang Allah yang menjadi manusia, menjadi
kami.
Ya Bapa yang rahmani. Kami telah bergelut sepanjang tahun dengan
berbagai kesibukan-kesibukan. Pekerjaan kami kadang tidak menjadi kesukaan
sebagaimana awalnya kami memulainya. Kesibukan-kesibukan menekan kami. Orang-orang
yang kami percaya kadang mengkhianati kami. Kami pun dihimpit oleh kecemasan
tentang arti menjadi anak-Mu di tengah-tengah dunia. Kami percaya akan tugas
dan tanggungjawab untuk melayani, namun tawar hati untuk melayani. Kami
kebingungan untuk berbuat di antara kekisruhan dunia, masyarakat, bangsa dan
negara kami. Kami kehilangan arah. Kami sering merasa usaha-usaha kami berbuah
sia-sia. Di mata kami kebajikan harus mengalah kepada kekacauan. Penindasan
masih merongrong. Intoleransi menggoda-godai kedamaian kami.
Ya Bapa yang baik. Di tengah hiruk pikuk ini. Berhadapan
dengan situasi dunia dan masyarakat yang mencemaskan nurani kami. Kami kini
memandang-Mu. Dalam palungan.
Ya Bapa yang pemurah. Jika kami boleh memaknai Natal saat kini.
Bisakah kami memaknainya sebagai waktu berdiam, berhening? Waktu untuk
menghindar dari hiruk pikuk dunia. TAPI berdiam bukan untuk membiarkan semua
kuasa gelap itu menyeret kami. Kami ingin berdiam, berhening bersama Kristus
untuk melihat diri kami. Kami ingin berdiam, berhening untuk menemukan Kristus
bersama kami. Untuk menguatkan kesaksian kami. Untuk merenungkan
pilihan-pilihan kami dan bertanya apakah Kristus menjadi sahabat dalam pilihan
itu. Jika kami tidak menemukan-Nya, tantanglah kami untuk mencari-Nya. Dengan
demikian kiranya kebajikan kami adalah semata-mata kebajikan Kristus. Demikian
Natal yang ingin kami maknai.
Ya Bapa sumber hikmat. Dalam situasi seperti ini, kami
menanti-nantikan Kristus seperti di dalam sebuah kurungan. Terkunci dari luar.
Kami tidak bisa berbuat apa-apa. Tapi kami berdoa, menanti-nanti, dan berharap.
Natal kami tidak terlepas dari masa penantian, pengharapan yang kami rayakan
dalam masa Advent. Natal adalah jawaban atas pengharapan dan penantian kami.
Atas keresahan kami pula. Dalam Natal kami tahu bahwa penantian dan pengharapan
kami kepada Kristus tidak akan sia-sia.
Ya Bapa dalam Kristus. Ajar kami berhening. Menjadi seperti Maria
Ibunda Yesus yang setelah mendengar semua perkara itu menyimpannya dalam hati
dan merenungkannya. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar Anda terhadap artikel situs ini