Senin, 12 November 2012

Babi Galau Sukagalau

Ada babi kecil yang malang di sebuah dukuh sepi, dukuh Sukagalau konon namanya. Ia diasingkan dari babi-babi dan ternak lainnya. Dan warga dukuh sering mencemoohkan si babi. Mereka tidak berniat memelihara, apalagi membeli si babi. Ia dibiarkan berkeliaran bebas di pinggir sungai. Sering pula ia dilempari dengan ubi busuk oleh anak-anak warga dukuh Sukagalau.
Ada apa gerangan? Ternyata karena babi yang malang itu tidak mempunyai ekor. Di masyarakat dukuh sudah menjadi kepercayaan bahwa identitas ternak diakui karena ekornya. Makanya ketika warga menyebut ternak apapun, mereka menyebutnya dengan ekor, misalnya seekor ayam, seekor babi, tiga ekor sapi, dll. Apalagi bagi warga dukuh, gerak-gerik ekor ternak adalah semacam alat berbahasa. Kalau ada ternak yang tidak memiliki ekor, tentu warga dukuh bertanya apakah pantas babi malang ini disebuat ternak. Sudah lama, si babi malang tanpa ekor dijuluki babi setan, babi sial yang misterius. Babi yang malang merasa sedih. Ia merasa tidak pernah berharap dilahirkan dengan keadaan tidak berekor. Sering kali di tengah malam buta yang dingin, si babi menangis. Hari-hari ia lewati dengan mencari makanannya sendiri di sekitar kandang, memakani sisa-sisa pakan ternak warga. Namun sering kali belum sempat menyelesaikan makannya, ia sudah dilempari dengan botol-botol limun bekas oleh gerombolan pemuda dukuh kurang kerjaan.

"Bukan babi sembarangan."
"Babi setan!"
"Anak kepala dukuh sampai gagal ujian CPNS."
"Pembawa petaka!"
"Tiga kali panen jagung Pak Kaspul gagal."
"Pembawa bencana!"
"Anak saya batal kawin."
"Itu babi harus mati."
"Apa yang dibilang Mbah Galau ternyata benar!"
"Bubar, istri menunggu di rumah!"

Siapakah Mbah Galau? Beliau adalah sesepuh dukuh Sukagalau. Boleh dibilang tokoh dukuh yang sangat dihormati. Nama asli beliau tidak ada yang tahu. Lagipula, beliau lebih senang dipanggil Mbah Galau. Apalagi masa lalunya, tidak banyak orang tahu. Hanya setahu warga beliau adalah bekas guru di SD di desa Rusuhsejati, 9 km jauhnya dari dukuh, mengajar Bahasa Indonesia. Selain dianggap sebagai satu-satunya orang yang berpendidikan di dukuh (kepala dukuh saja tidak tamat sekolah dasar), beliau juga dikeramatkan. Dikeramatkan bagaimana? Keramat lantaran teorinya, Petaka Dukuh Sukagalau! Ada apa dengan Dukuh Sukagalau?
(bersambung)